Protokol ini memiliki
karakteristik dimana sebuah pengirim mengirimkan sebuah frame dan kemudian
menunggu acknowledgment sebelum
memprosesnya lebih lanjut. Mekanisme stop
and wait dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar di bawah ini, dimana DLC mengizinkan
sebuah message untuk ditransmisikan (event 1), pengujian terhadap terjadinya
error dilakukan dengan teknik seperti VCR (Vertical
Redundancy Check) atau LRC (Longitudinal
Redundancy Check) terjadi pada even 2 dan pada saat yang tepat sebuah ACK
atau NAK dikirimkan kembali untuk ke stasiun pengirim (event 3). Tidak ada
messages lain yang dapat ditransmisikan selama stasiun penerima mengirimkan
kembali sebuah jawaban.
Jadi istilah stop
and wait diperoleh dari proses pengiriman message oleh stasiun pengirim,
menghentikan transmisi berikutnya, dan menunggu jawaban.
Pendekatan stop and wait adalah sesuai untuk
susunan transmisi half duplex, karena
dia menyediakan untuk transmisi data dalam dua arah, tetapi hanya dalam satu
arah setiap saat. Kekurangan yang terbesar adalah disaat jalur tidak jalan
sebagai akibat dari stasiun yang dalam keadaan menunggu, sehingga kebanyakan
DLC stop and wait sekarang
menyediakan lebih dari satu terminal yang on line. Terminal-terminal tetap
beroperasi dalam susunan yang sederhana.
Stasiun pertama atau host sebagai penaggung jawab untuk peletakkan message
diantara terminal-terminal (biasanya melalui sebuah terminal pengontrol yang
berada di depannya) dan akses pengontrolan untuk hubungan komunikasi.
Urutan sederhana ditunjukkan
pada gambar di atas
dan menjadi masalah yang serius ketika ACK atau NAK hilang dalam jaringan atau
dalam jalur. Jika ACK pada event 3 hilang, setelah habis batas waktunya stasiun
master mengirim ulang message yang sama untuk kedua kalinya. Transmisi yang berkelebihan
mungkin terjadi dan menciptakan sebuah duplikasi record pada tempat kedua dari
file data pengguna. Akibatnya, DLC harus mengadakan suatu cara untuk
mengidentifikasi dan mengurutkan message yang dikirimkan dengan berdasarkan
pada ACK atau NAK sehingga harus dimiliki suatu metoda untuk mengecek duplikat
message.
Pada gambar di bawah ini ditunjukkan bagaimana
urutan pendeteksian duplikasi message bekerja, pada event 1 stasiun pengirim
mengirikan sebuah message dengan urutan 0 pada headernya. Stasiun penerima
menjawab dengan sebuah ACK dan sebuah nomor urutan 0 (event 2). Pengirim
menerima ACK, memeriksa nomor urutan 0 di headernya, mengubah nomor urutan
menjadi 1 dan mengirimkan message berikutnya (event 3).
Stasiun penerima
mendapatkan message dengan ACK 1 di event 4. Akan tetapi message ini diterima dalam keadaan rusak atau
hilang pada jalan. Stasiun pengirim mengenali bahwa message di event 3 tidak
dikenali. Setelah batas waktu terlampau (timeout)
stasiun pengirim mengirim ulang message ini (event 5). Stasiun penerima mencari
sebuah message dengan nomor urutan 0. Dia membuang message, sejak itu dia adalah
sebuah duplikat dari message yang
dikirim pada event 3. Untuk melengkapi pertang-gung-jawaban, stasiun penerima
mengirim ulang ACK 1 (event 6).
Efek delay propagasi dan kecepatan transmisi
Kita akan menentukan
efisiensi maksimum dari sebuah jalur point-to-point
menggunakan skema stop and wait. Total waktu
yang diperlukan untuk mengirim data adalah :
Td
= TI + nTF
Keterangan :
TI
= waktu untuk menginisiasi urutan = tprop + tpoll
+ tproc
TF = waktu untuk mengirim satu frame
TF = tprop + tframe + tproc
+ tprop + tack + tproc
tprop = waktu propagasi
tframe
= waktu pengiriman
tack = waktu balasan
Untuk menyederhanakan
persamaan di atas, kita dapat mengabaikan term. Misalnya, untuk sepanjang
urutan frame, TI relatif kecil sehingga dapat diabaikan. Kita
asumsikan bahwa waktu proses antara pengiriman dan penerimaan diabaikan dan
waktu balasan frame adalah sangat kecil, sehingga kita dapat mengekspresikan TD
sebagai berikut:
TD = n(2tprop
+ t frame)
Dari keseluruhan waktu
yang diperlukan hanya n x t frame yang dihabiskan selama pengiriman data
sehingga utilization (U) atau efisiensi jalur diperoleh :